Harta dan ilmu, merupakan dua hal yang sangat dekat dan begitu kental dengan
kehidupan manusia. Manusia tidak mungkin akan bisa hidup tanpa harta. Dengan harta, manusia tentu akan dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Demikian pula dengan ilmu, manusia juga tidak akan bisa lepas
dari ilmu. Dengan ilmu, manusia tentu akan dapat memenuhi kebutuhan rohaninya, dengan ilmu pula manusia akan dapat membedakan baik dan buruknya mengenai sesuatu. Juga dengan ilmu, manusia tentu akan berguna atau bermanfaat bagi manusia lainnya. Namun demikian, tentunya kita perlu mengetahui manakah di antara keduanya yang lebih utama atau lebih mulia bagi kehidupan manusia, harta atau ilmu?.
Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa suatu ketika ada sepuluh
orang kaum Khawarij mendatangi Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Mereka
mendatangi Khalifah Ali karena ingin menanyakan sesuatu. Sesampainya
dihadapan Khalifah Ali, salah seorang dari mereka membuka pertanyaan
kepada Khalifah Ali: “Wahai Ali,
kami adalah sepuluh orang yang diutus oleh kaum kami untuk mengajukan
pertanyaan kepadamu, dan kami akan bergiliran bertanya kepadamu. Dan
jawabanmu
nantinya akan kami bawa pulang kepada kaum kami.” Meskipun dari
kesepuluh orang kaum Khawarij itu bertanya satu-persatu secara
bergiliran, ternyata pertanyaan yang diajukan oleh mereka kepada
Khalifah Ali semuanya sama menanyakan tentang manakah yang lebih utama atau
lebih mulia, ilmu pengetahuan atau harta benda?. Atas pertanyaan dari ke-sepuluh orang tersebut, secara keseluruhan Khalifah Ali menjawab: "Ilmu pengetahuan itu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta kekayaan, ini dikarenakan oleh pelbagai sebab...."
Di bawah ini adalah
paparan beberapa catatan tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta kekayaan. Paparan ini merujuk pada riwayat Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. sebagai jawaban atau penjelasan atas pertanyaan kaum Khawarij sebagaimana tersebut di atas, dimana Khalifah Ali menjawabnya bahwa ilmu itu lebih utama atau lebih mulia dari pada harta kekayaan, sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan
lebih utama atau lebih mulia dibanding harta kekayaan, karena ilmu pengetahuan itu adalah
warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Syadad, dan
lain-lain.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta kekayaan, karena ilmu dapat
menjaga dan memelihara pemiliknya, sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus
menjaga dan memeliharanya.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena orang
yang berilmu ibarat gula yang mengundang banyak semut. Dia menjadi pelita bagi diri
dan sekelilingnya, dan akan lebih banyak sahabatnya. Sedangkan orang yang
banyak hartanya bisa jadi akan lebih banyak musuhnya.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu bila
disebarkan atau diajarkan akan bertambah, sedangkan harta kekayaan kalau diberikan kepada
orang lain akan menjadi berkurang. Rahasia untuk membangun kepercayaan adalah tiada
hari tanpa bertambah ilmu, tiada hari tanpa bertambah wawasan, dan tiada hari tanpa
mendapatkan koreksi.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu tidak dapat
dicuri, sedangkan harta kekayaan benda akan mudah dicuri dan dapat lenyap. Seseorang semakin
banyak harta yang dimilikinya, akan semakin sibuk berusaha untuk menjaganya
dari incaran orang-orang yang ingin merampas harta tersebut. Sedangkan ilmu,
semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang, maka akan semakin terjaga pula
orang tersebut dari hal-hal yang bisa membahayakan dirinya.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu tidak
bisa binasa hingga akhirat, sedangkan harta dapat lenyap dan habis
karena masa dan usia. Barang siapa yang ingin dunia harus dengan ilmu, ingin
akhirat juga harus dengan ilmu, ingin dunia dan akhirat jelas harus dengan ilmu.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu tidak ada batasnya, sedangkan harta kekayaan
benda ada batasnya dan dapat dihitung jumlahnya. Nilai orang kaya ada
pada hartanya dan nilai orang yang berilmu ada pada ilmunya. Apabila hartanya
lenyap, lenyaplah nilainya dan tidak tersisa tanpa nilai, sedangkan orang yang
berilmu nilai dirinya tetap langgeng, bahkan nilainya akan terus bertambah.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu dapat memberi
dan memancarkan sinar kebaikan, menjernihkan pikiran dan hati serta menenangkan
jiwa, sedangkan harta kekayaan pada umumnya dapat menggelapkan jiwa dan hati
pemiliknya. Ilmu yang benar akan membangkitkan sifat tawadhu. Seorang alim
semakin bertambah ilmu semakin sadar akan luasnya ilmu Allah.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena orang yang
berilmu mencintai kebajikan dan sebutannya mulia seperti si ‘Alim, dan sebutan
mulia lainnya. Sedangkan, orang yang berharta bisa melarat dan lebih cenderung
kepada sifat-sifat kikir dan bakhil.
Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena orang yang
berilmu lebih mendorong untuk mencintai Allah. Sedangkan harta kekayaan dapat
membangkitkan rasa sombong, congkak dan takabur. Mencintai ilmu dan
mencarinya adalah pokok segala ketaatan, sedangkan cinta dunia dan harta dan
mencarinya adalah pokok segala kesalahan. Tidaklah satu orang melakukan
ketaatan kepada Allah Ta’ala, melainkan dengan ilmu, sedangkan sebagian besar
manusia berbuat maksiat kepada Allah lantaran harta mereka.
Firman Allah dalam al-Qur’an, yang artinya :
"Katakanlah: Apakah sama antara orang-orang yang
mengetahui - yakni berilmu - dan orang-orang yang tidak mengetahui - yakni
tidak berilmu." (QS. Az-Zumar:
9)
Dalam ayat lain Allah berfirman, yang artinya:
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dari engkau semua
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat." (QS. Al-Mujaadilah: 11)
Dari Ibnu Mas'ud ra., berkata:
"Rasulullah saw., bersabda:
"Tiada
kehasudan yang dibolehkan melainkan dalam dua perkara, yaitu: seseorang yang
dikaruniai oleh Allah akan harta kekayaan, kemudian ia mempergunakan untuk
membela apa-apa yang hak - kebenaran, dan orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan
oleh Allah, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu dengan hikmat-
serta mengajarkan ilmunya itu kepada orang lain." (HR: Bukhari-Muslim)
Dari Abu Musa ra., katanya:
"Nabi saw., bersabda:
"Perumpamaan dari petunjuk
dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang
mengenai bumi. Di antara bumi itu ada bagian yang baik, yaitu dapat menerima
air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali,
menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang bertahan itu Allah lalu
memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum
daripadanya, dapat menyiram dan bercucuk tanam. Ada pula hujan itu mengenai
bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin.
Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat
menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang pandai
dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat
pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi, maka orang itupun mengetahuinya
- mempelajarinya, kemudian mengajarkannya - yang ini diumpamakan bumi yang
dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu puIalah contohnya orang yang
tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia
enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan - ini
contohnya bumi yang rata serta licin." (HR: Buchari-Muslim)
Dari Abuddarda' ra., berkata:
"Saya mendengar Rasulullah saw.,
bersabda: "Barangsiapa
menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah
akan memudahkan untuknya suatu jalan untuk menuju syurga, dan sesungguhnya para
malaikat itu niscayalah meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu
itu, karena Allah ridha sekali dengan apa yang dilakukan oleh orang itu. Sesungguhnya
orang alim itu niscayalah dimohonkan pengampunan untuknya oleh semua penghuni
di langit dan penghuni-penghuni di bumi, bahkan ikan-ikan yang ada di
dalam air. Keutamaan orang alim atas orang yang beribadat itu adalah seperti
keutamaan bulan atas bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya para alim ulama
adalah pewarisnya para Nabi, sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar
ataupun dirham, hanyasanya mereka itu mewariskan ilmu." (HR: Abu Dawud dan Termidzi)
Demikian paparan tentang keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta benda. Semoga bermanfaat dan kita dapat mengambil pelajaran dari paparan tersebut bahwa keuntungan
itu tidak selalu berwujud materi, boleh jadi terhalangnya dari materi adalah
keuntungan bagi kita untuk mendapatkan ilmu dan hikmah yang lebih berharga.
Sumber
Rujukan :