27 April 2012

Pengertian Zuhud Menurut Syari'at

Ada sebagian orang berpendapat bahwa yang dinamakan zuhud, menurut mereka ialah sesuatu yang dimaksudkan sebagai penyiksaan terhadap diri sendiri. Pendapat sebahagian orang tersebut mungkin dikaitkan dengan pandangan paham sufisme yang mengikuti ajaran tasawuf, yakni ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya memang merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, namun dalam perkembangannya tasawuf melahirkan tradisi mistisme. Dimana menurut pandangan tersebut zuhud sebagai kegiatan yang hampir tidak memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan keduniawiyahan, seperti: makan dan minum harus dikurangi sesangat-sangatnya, demikian pula tidur dan istirahatnya, pakaian cukup yang jelek-jelek, rambut dibiarkan kusut-masai tanpa disisir, mandi pun harus jarang-jarang, berjalan harus selalu menundukkan muka, tidak perlu bekerja keras dan cukuplah dengan menerima belas kasihan orang lain, bertasbih sepanjang siang dan malam dan lain-lain, yang sama sekali tidak memikirkan masalah-masalah yang berhubungan dengan keduniawiyahan.
 
Dari pandangan itulah, maka zuhud dianggap sebagai batu sandungan dan penyiksaan terhadap hidup dan kehidupan seseorang. Padahal Zuhud menurut Islam tidaklah demikian adanya, Zuhud menurut Islam ialah sebagai tindakan atau perbuatan seorang muslim yang hanya meninggalkan kerakusan dan ketamakan serta tidak berlebihan dalam urusan keduniawiyahan, tetapi juga tidak lupa terhadap ketaatannya kepada Allah demi untuk mencari bekal hidup di akhirat. Zuhud menurut islam menghendaki kerja keras demi memperoleh harta dan kekayaan untuk kebutuhan hidup di dunia, tetapi juga menyisihkan sebahagian kekayaan tersebut dengan berderma demi untuk bekal hidup di akherat. Sabda Nabi saw., Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Binasalah -yakni celakalah- orang yang menjadi hambanya dinar -emas- dan dirham -perak-, beludru sutera serta pakaian. Jikalau ia diberi itu relalah hatinya dan jikalau tidak diberi, maka tidaklah rela -maksudnya ialah amat sangat tamaknya-“. (HR: Bukhari)

Zuhud yang di syari'atkan dan bermanfaat bagi orang yang menjalaninya adalah zuhud yang dicintai oleh Allah dan rasul-Nya, yaitu meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat demi menggapai kehidupan akhirat. Adapun sesuatu yang memberi manfaat bagi kehidupan akhirat dan membantu untuk menggapainya, maka termasuk salah satu jenis ibadah dan ketaatan. Sehingga berpaling dari sesuatu yang bermanfaat merupakan kejahilan dan kesesatan.

Ibnu Taimiyah rahimahullah di dalam bukunya yang berjudul Syaikhul Islam, berkata: “Zuhud yang disyari’atkan itu adalah; dengan meninggalkan perkara-perkara yang tidak mendatangkan manfaat kelak di negeri akhirat dan kepercayaan yang kuat tertanam di dalam hati mengenai balasan dan keutamaan yang ada di sisi Allah... Adapun secara lahiriyah, segala hal yang digunakan oleh seorang hamba untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, maka meninggalkan itu semua bukanlah termasuk zuhud yang disyari’atkan. Akan tetapi yang dimaksud zuhud adalah meninggalkan sikap berlebihan dalam perkara-perkara yang menyibukkan diri sehingga melalaikan dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, baik itu berupa makanan, pakaian, harta, dan lain sebagainya…” (Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimyah  karya: Syaikh Shalih Ahmad asy-Syami, hal. 69-70)

Keterangan Ibnu Taimiyah tersebut di atas telah memberikan pengertian kepada kita tentang zuhud yang disyari'atkan. Dengan demikian, maka zuhud dapat kita maknai sebagai bentuk pengejawantahan seorang muslim yang harus selalu berbuat kebaikan di dunia dan memperkecil kecintaannya terhadap hal-hal berhubungan dengan kediniawiyahan, dan hal ini sebagai wujud kecintaan dan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Zuhud mengutamakan hidup bersahaja, tidak tamak atau rakus, kesederhanaan lebih utama, tidak riya, perduli dengan keadaan sekelilingnya yang membutuhkan dermanya, dan lain-lain.
Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua terlampau cinta dalam mencari sesuatu untuk kehidupan, sebab dengan terlampau mencintainya itu, maka engkau semua akan mencintai pula keduniaan". (HR: Imam Tirmidzi)
 

Bahwa Zuhud sebagai pengejawantahan seorang muslim terhadap kecintaan dan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Imam Ibnu Abi ‘Ashim rahimahullah, dalam kitabnya az-Zuhd. menjelaskan 3 (tiga) perkara yang perlu dijaga untuk dapat hidup Zuhud, yang ditulis kembali oleh Abu Muslih Ari Wahyudi, lihat selengkapnya di
muslim.or.id., yakni : (1). Menjaga lisan dan perbuatan, (2). Pandai memilih teman, (3). Memandang dunia sebagaimana mestinya.

Dibawah ini adalah beberapa penjelasan dari Ayat-ayat al-Qur'an dan Hadist Rasulallah saw.,  yang berkaitan denngan keutamaan hidup zuhud bagi seorang muslim menurut yang disyri’atkan dalam Islam, sebagai berikut : 

Firman Allah Ta’ala dalam al-Qur’an,  yang artinya : 
“Ketahuilah olehmu semua, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda-gurau, perhiasan dan bermegah-megah antara sesamamu, berlomba banyak kekayaan dan anak-anak. Perumpamaannya adalah seperti hujan yang mengherankan orang-orang kafir -yang menjadi petani- melihat tumbuh tanamannya, kemudian menjadi kering lalu engkau lihat menjadi kuning warnanya, kemudian menjadi hancur binasa.  Dan di akhirat siksa yang amat sangat untuk mereka itu -yang berbuat kesalahan-, juga pengampunan dari Allah serta keridhaan -bagi orang-orang yang berbuat kebaikan- dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanyalah kesenangan tipuan belaka”. (QS. al-Hadid : 20) 

Dalam ayat lain Allah berfirman,  yang artinya :
“Diperhiaskanlah untuk para manusia itu -yakni diberi perasaan bernafsu- untuk mencintai kesyahwatan-kesyahwatan dari para wanita, anak-anak, kekayaan yang berlimpah-limpah dari emas dan perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah ladang. Demikian itulah kesenangan kehidupan dunia dan di sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya”. (QS. ali-Imran : 14) 

Beberapa Hadist Nabi Rasulallah saw. , yang berkaitan dengan zuhud : 


Dari 'Amr bin 'Auf al-Anshari r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. telah bersabda :  ….“Demi Allah, bukannya kekafiran itu yang saya takutkan mengenai engkau semua, tetapi saya takut jikalau harta dunia ini diluaskan untukmu semua -yakni engkau semua menjadi kaya raya-, sebagaimana telah diluaskan untuk orang-orang yang sebelummu, kemudian engkau semua itu saling berlomba-lomba untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia itu akan merusakkan agamamu semua sebagaimana ia telah merusakkan agama mereka”. (Muttafaq 'alaih)


Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. duduk di atas mimbar dan kita duduk di sekitarnya", lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya salah satu yang saya takutkan atasmu semua sepeninggalku nanti ialah apa yang akan dibukakan untukmu semua itu dari keindahan harta dunia serta hiasan-hiasannya -yakni bahwa meluapnya kekayaan pada umat Muhammad inilah yang amat ditakutkan, sebab dapat merusakkan agama jikalau tidak waspada mengendalikannya." (Muttafaq'alaih) 

Dari al-Mustaurid bin Syaddad  r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah -berarti- dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sesuatu yang seorang diantara engkau semua menjadikan jarinya masuk dalam air lautan, maka cobalah lihat dengan apa ia kembali -yakni seberapa banyak air yang melekat di jarinya itu, jadi dunia itu sangat kecil nilainya dan hanya seperti air yang melekat di jari tadi banyaknya-." (HR.Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ingatlah, sesungguhnya dunia itu dilaknat (dibenci dan rendah nilainya di sisi Allah), dilaknat pula segala sesuatu yang ada di dalamnya, melainkan berdzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim serta orang yang menuntut ilmu”.  (HR: Imam Tirmidzi)



Sumber Rujukan :