16 Juni 2012

10 Keutamaan Ilmu Dibanding Harta

Harta dan ilmu, merupakan dua hal yang sangat dekat dan begitu kental dengan kehidupan manusia. Manusia tidak mungkin akan bisa hidup tanpa harta. Dengan harta, manusia tentu akan dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Demikian pula dengan ilmu, manusia juga tidak akan bisa lepas dari ilmu. Dengan ilmu, manusia tentu akan dapat memenuhi kebutuhan rohaninya, dengan ilmu pula manusia akan dapat membedakan baik dan buruknya mengenai sesuatu. Juga dengan ilmu, manusia tentu akan berguna atau bermanfaat bagi manusia lainnya. Namun demikian, tentunya kita perlu mengetahui manakah di antara keduanya yang lebih utama atau lebih mulia bagi kehidupan manusia, harta atau ilmu?.

Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa suatu ketika ada sepuluh orang kaum Khawarij mendatangi Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. Mereka mendatangi Khalifah Ali karena ingin menanyakan sesuatu. Sesampainya dihadapan Khalifah Ali, salah seorang dari mereka membuka pertanyaan kepada Khalifah Ali: “Wahai Ali, kami adalah sepuluh orang yang diutus oleh kaum kami untuk mengajukan pertanyaan kepadamu, dan kami akan bergiliran bertanya kepadamu. Dan jawabanmu nantinya akan kami bawa pulang kepada kaum kami.” Meskipun dari kesepuluh orang kaum Khawarij itu bertanya satu-persatu secara bergiliran, ternyata pertanyaan yang diajukan oleh mereka kepada Khalifah Ali semuanya sama menanyakan tentang manakah yang lebih utama atau lebih mulia, ilmu pengetahuan atau harta benda?. Atas pertanyaan dari ke-sepuluh orang tersebut, secara keseluruhan Khalifah Ali menjawab: "Ilmu pengetahuan itu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta kekayaan, ini dikarenakan oleh pelbagai sebab...."  

Di bawah ini adalah paparan beberapa catatan tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta kekayaan. Paparan ini merujuk pada riwayat Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. sebagai jawaban atau penjelasan atas pertanyaan kaum Khawarij sebagaimana tersebut di atas, dimana Khalifah Ali menjawabnya bahwa ilmu itu lebih utama atau lebih mulia dari pada harta kekayaan, sebagai berikut: 

Ilmu pengetahuan lebih utama atau lebih mulia dibanding harta kekayaan, karena ilmu pengetahuan itu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Syadad, dan lain-lain. 

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta kekayaan, karena ilmu dapat menjaga dan memelihara pemiliknya, sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus menjaga dan memeliharanya.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena orang yang berilmu ibarat gula yang mengundang banyak semut. Dia menjadi pelita bagi diri dan sekelilingnya, dan akan lebih banyak sahabatnya. Sedangkan orang yang banyak hartanya bisa jadi akan lebih banyak musuhnya.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu bila disebarkan atau diajarkan akan bertambah, sedangkan harta kekayaan kalau diberikan kepada orang lain akan menjadi berkurang. Rahasia untuk membangun kepercayaan adalah tiada hari tanpa bertambah ilmu, tiada hari tanpa bertambah wawasan, dan tiada hari tanpa mendapatkan koreksi.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu tidak dapat dicuri, sedangkan harta kekayaan benda akan mudah dicuri dan dapat lenyap. Seseorang semakin banyak harta yang dimilikinya, akan semakin sibuk berusaha untuk menjaganya dari incaran orang-orang yang ingin merampas harta tersebut. Sedangkan ilmu, semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang, maka akan semakin terjaga pula orang tersebut dari hal-hal yang bisa membahayakan dirinya.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu tidak bisa binasa hingga akhirat, sedangkan harta dapat lenyap dan habis karena masa dan usia. Barang siapa yang ingin dunia harus dengan ilmu, ingin akhirat juga harus dengan ilmu, ingin dunia dan akhirat jelas harus dengan ilmu.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu tidak ada batasnya, sedangkan harta kekayaan benda ada batasnya dan dapat dihitung jumlahnya. Nilai orang kaya ada pada hartanya dan nilai orang yang berilmu ada pada ilmunya. Apabila hartanya lenyap, lenyaplah nilainya dan tidak tersisa tanpa nilai, sedangkan orang yang berilmu nilai dirinya tetap langgeng, bahkan nilainya akan terus bertambah.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena ilmu dapat memberi dan memancarkan sinar kebaikan, menjernihkan pikiran dan hati serta menenangkan jiwa, sedangkan harta kekayaan pada umumnya dapat menggelapkan jiwa dan hati pemiliknya. Ilmu yang benar akan membangkitkan sifat tawadhu. Seorang alim semakin bertambah ilmu semakin sadar akan luasnya ilmu Allah.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena orang yang berilmu mencintai kebajikan dan sebutannya mulia seperti si ‘Alim, dan sebutan mulia lainnya. Sedangkan, orang yang berharta bisa melarat dan lebih cenderung kepada sifat-sifat kikir dan bakhil.

Ilmu lebih utama atau lebih mulia dibanding harta, karena orang yang berilmu lebih mendorong untuk mencintai Allah. Sedangkan harta kekayaan dapat membangkitkan rasa sombong, congkak dan takabur. Mencintai ilmu dan mencarinya adalah pokok segala ketaatan, sedangkan cinta dunia dan harta dan mencarinya adalah pokok segala kesalahan. Tidaklah satu orang melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala, melainkan dengan ilmu, sedangkan sebagian besar manusia berbuat maksiat kepada Allah lantaran harta mereka.

Firman Allah dalam al-Qur’an, yang artinya : 
"Katakanlah: Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui - yakni berilmu - dan orang-orang yang tidak mengetahui - yakni tidak berilmu." (QS.  Az-Zumar: 9)

Dalam ayat lain Allah berfirman, yang artinya:  
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dari engkau semua dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat." (QS. Al-Mujaadilah: 11)

Dari Ibnu Mas'ud ra., berkata: "Rasulullah saw., bersabda: 
"Tiada kehasudan yang dibolehkan melainkan dalam dua perkara, yaitu: seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta kekayaan, kemudian ia mempergunakan untuk membela apa-apa yang hak - kebenaran, dan orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan oleh Allah, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu dengan hikmat- serta mengajarkan ilmunya itu kepada orang lain." (HR: Bukhari-Muslim)

Dari Abu Musa ra., katanya: "Nabi saw., bersabda: 
"Perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi. Di antara bumi itu ada bagian yang baik, yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang bertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan bercucuk tanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi, maka orang itupun mengetahuinya - mempelajarinya, kemudian mengajarkannya - yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu puIalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan - ini contohnya bumi yang rata serta licin." (HR: Buchari-Muslim) 

Dari Abuddarda' ra., berkata: 
"Saya mendengar Rasulullah saw., bersabda: "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan untuknya suatu jalan untuk menuju syurga, dan sesungguhnya para malaikat itu niscayalah meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu itu, karena Allah ridha sekali dengan apa yang dilakukan oleh orang itu. Sesungguhnya orang alim itu niscayalah dimohonkan pengampunan untuknya oleh semua penghuni di langit dan penghuni-penghuni di bumi, bahkan ikan-ikan yang ada di dalam air. Keutamaan orang alim atas orang yang beribadat itu adalah seperti keutamaan bulan atas bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya para alim ulama adalah pewarisnya para Nabi, sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar ataupun dirham, hanyasanya mereka itu mewariskan ilmu." (HR: Abu Dawud dan Termidzi) 

Demikian paparan tentang keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta benda. Semoga bermanfaat dan kita dapat mengambil pelajaran dari paparan tersebut bahwa keuntungan itu tidak selalu berwujud materi, boleh jadi terhalangnya dari materi adalah keuntungan bagi kita untuk mendapatkan ilmu dan hikmah yang lebih berharga. 


Sumber Rujukan :